Perkembangan teknologi, khususnya di bidang bioteknologi telah membuka peluang besar bagi negara-negara berkembang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi. Bioteknologi tidak hanya berperan dalam meningkatkan sektor kesehatan dan pertanian, tetapi juga menciptakan nilai tambah dalam industri pangan, energi terbarukan, dan lingkungan. Dalam konteks ekonomi biru, perkembangan bioteknologi dalam bidang kelautan berfungsi sebagai bioprospecting untuk meningkatkan potensi biologis dari organisme laut. 

Ekonomi biru, atau yang juga dikenal sebagai ekonomi laut atau ekonomi maritim merujuk pada pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk peningkatan ekonomi, perbaikan kehidupan masyarakat, serta kesehatan ekosistem laut. Menurut Freude TP Hutahaean selaku Ahli Madya Analis Pengelolaan Jasa Kelautan di Direktorat Jasa Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang dilansir dari laman Radio Republik Indonesia (RRI), menjelaskan bahwa ekonomi biru merupakan strategi pembangunan ekonomi yang mengedepankan pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. Sektor ekonomi biru meliputi, perikanan dan budidaya laut, wisata bahari, transportasi laut, energi kelautan yang terbarukan, serta pengembangan industri dan teknologi yang berkaitan dengan kelautan.

Peran Bioteknologi dalam Pertumbuhan Ekonomi Biru 

Sebanyak 2,5 juta hektar terumbu karang yang terdiri dan 569 spesies, 240 ribu hektar padang lamun (sea grasses), 3,4 juta hektar hutan mangrove, 2.057 jenis ikan karang, serta 36 spesies mamalia laut yang turut memperkaya keanekaragaman hayati laut di Indonesia, memiliki potensi dalam pengembangn ekonomi biru Indonesia. Melalui bioteknologi Kelautan yang fokus pada penggunaan organisme, molekul, atau teknik biologi dalam konteks kelautan, telah berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi biru dalam meningkatkan pembangunan perekonomian negara dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Pada konteks ekonomi biru, pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan secara berkelanjutan sekaligus dapat menjaga kelestarian ekosistem laut. Dalam diskusi yang dilaksanakan oleh Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), Dr. Tonny Wagey selaku Direktur Eksekutif ICCTF, menyampaikan bahwa berdasarkan data BAPPENAS tahun 2023, nilai ekonomi biru Indonesia mencapai US$ 280 miliar per-tahunnya dan bisa membuka lapangan kerja untuk 45 juta orang dan pada tahun 2045. 

Dalam mengupayakan perkembangan ekonomi biru dengan memanfaatkan bioteknologi, pemerintah telah berupaya dengan menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 71/PERMEN-KP/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengelolaan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (Permen KP 71/PERMEN-KP/2020), pembentukan Permen ini bertujuan untuk melaksanakan riset dalam hal mengelola produk bioteknologi yang bersumber dari laut. Kemudian, dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (UU Kelautan), menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk mengembangkan dan meningkatkan industri bioteknologi kelautan yang mana hal ini berhubungan dengan pelaksanaan ekonomi biru di Indonesia.

Baca juga: Apakah Produk Bioteknologi Dilindungi oleh HKI?

Penerapan Bioteknologi dalam Ekonomi Biru 

Menurut Prof. Rokhmin Dahuri selaku Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor yang dilansir dari laman Kementerian Kelautan dan Perikanan, menjelaskan terdapat tiga unsur bioteknologi kelautan yang meliputi:

  • Bioactive Compounds
    Merupakan ekstraksi senyawa bioaktif yang berasal dari  biota laut yang berfungsi sebagai bahan baku industri nutrasetikal, seperti bahan baku farmasi, kosmetik, cat film dan biofuel.
  • Genetic Engineering
    Berfungsi sebagai penghasil benih ikan, udang, kepiting, moluska, rumput laut, tanaman pangan, dan biota lainnya yang unggul.
  • Rekayasa Genetik Organisme Mikro
    Berfungsi sebagai bioremediasi dalam mengendalikan pencemaran lingkungan yang terjadi di laut maupun sungai.

Contoh dari perkembangan bioteknologi kelautan dalam ekonomi biru, antara lain:

  • Bioprospeksi Laut
    Merupakan pemanfaatan sumber daya laut yang menghasilkan enzim dari bakteri laut yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku produk kosmetika dan obat-obatan.
  • Teknologi Akuakultur
    Budidaya ikan atau akuakultur sebagai teknologi budidaya ikan yang berkelanjutan, seperti penggunaan sistem akuakultur tertutup dan pemantauan kualitas air berbasis sensor pintar, memberikan dampak baik terhadap proses budidaya dalam lingkungan yang terkontrol, sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap laut lepas dan menekan tingkat pencemaran.
  • Bioremediasi
    Bioremediasi merupakan suatu metode yang memanfaatkan mikroorganisme, seperti bakteri, jamur (mycoremediasi), ragi, alga, serta enzim-enzim yang dihasilkannya untuk menguraikan atau menetralkan zat kimia dan limbah secara aman. Pendekatan ini menjadi salah satu solusi alternatif dalam menangani permasalahan pencemaran lingkungan kawasan perairan.

Baca juga: Bioteknologi untuk Solusi Pengendalian Polusi

Tantangan Penerapan Bioteknologi dalam Ekonomi Biru

Walaupun teknologi menawarkan potensi besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi biru, penerapannya tidak lepas dari berbagai tantangan yang perlu menjadi perhatian. Salah satu tantangan utama adalah ketergantungan sektor-sektor kelautan terhadap sumber daya alam yang memiliki keterbatasan. Misalnya, praktik penangkapan ikan yang berlebihan (overfishing) yang dilakukan tanpa adanya pengawasan yang berpotensi menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan hidup di kawasan perairan. 

Selain itu, kerusakan lingkungan laut, seperti degradasi terumbu karang dan hutan mangrove yang tidak dirawat dengan optimal dapat memperburuk kondisi keberlanjutan sumber daya kelautan tersebut. Maka dari itu, penerapan teknologi dalam ekonomi biru harus dilakukan secara terintegrasi dengan pendekatan konservasi. Kebijakan pengelolaan berbasis ekosistem yang mempertimbangkan keseimbangan antara aspek ekologis, sosial, dan ekonomi harus menjadi acuan utama dalam mengatur pemanfaatan sumber daya laut.

Oleh karena itu, bioteknologi kelautan seharusnya memiliki peran strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi biru di Indonesia melalui pemanfaatan kekayaan hayati laut yang melimpah secara berkelanjutan. Inovasi dalam bioteknologi, seperti ekstraksi senyawa bioaktif, rekayasa genetika, bioprospeksi laut, teknologi akuakultur berkelanjutan, dan bioremediasi, tidak hanya mampu meningkatkan nilai ekonomi sektor kelautan tetapi juga berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan laut. Akan tetapi, eksploitasi berlebihan dan kerusakan ekosistem laut tetap menjadi hambatan yang perlu diatasi melalui pengelolaan yang bijak, regulasi yang ketat, serta pendekatan konservasi berbasis ekosistem. Selain itu, kolaborasi antara teknologi, kebijakan, dan masyarakat menjadi faktor penting untuk mewujudkan ekonomi biru yang berkelanjutan di Indonesia.***

Baca juga: Mengawal Inovasi Bioteknologi Lewat Paten dan Prinsip Etika

Daftar Hukum:

  • Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (UU Kelautan).
  • Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 71/PERMEN-KP/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengelolaan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan  (Permen KP 71/PERMEN-KP/2020).

Referensi:

  • Ekonomi Biru. Universitas Gadjah Mada (Diakses pada tanggal 31 Juli 2025 pukul 14.04 WIB).
  • Manfaat Bioteknologi Kelautan Ciptakan Pembangunan Ekonomi Biru. Radio Republik Indonesia  (Diakses pada tanggal 30 Juli 2025 pukul 15.39 WIB).
  • Inovasi Pendanaan untuk Pengembangan Ekonomi Biru, Jag dan Optimalkan Potensi Sumber Daya Laut Indonesia. ICCTF (Diakses pada tanggal 31 Juli 2025 pukul 11.53 WIB).
  • Peran Riset Bioteknologi Kelautan dalam Pembangunan Berbasis Ekonomi Biru. Kementerian Kelautan dan Perikanan (Diakses pada tanggal 31 Juli 2025 pukul 16.10 WIB).
  • Mengembangkan Ekonomi Biru Teknologi dan Pendekatan Berkelanjutan untuk Masa Depan Lautan. Universitas Surabaya  (Diakses pada tanggal 31 Juli 2025 pukul 14.02 WIB).
  • Teknologi Bioremediasi Untuk Pengolahan Pops. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan  (Diakses pada tanggal 31 Juli 2025 pukul 15.02 WIB).