Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang kedokteran dan bioteknologi telah membawa perubahan besar dalam sistem pelayanan kesehatan modern. Salah satu inisiatif baru yang dicetuskan oleh pemerintah dengan mendorong kemajuan dalam bidang pelayanan kesehatan adalah dengan meluncurkan Biomedical Genome Science Initiative (BGSi) untuk diterapkan dalam pelayanan kesehatan. BGSi hadir dengan tujuan mendorong penelitian terhadap genetik untuk meningkatkan kualitas diagnosis, pengobatan, dan upaya pencegahan penyakit di masa mendatang. 

Peluncuran BGSi ini didasarkan pada pilar transformasi di bidang kesehatan, yakni pilar transformasi teknologi kesehatan. Program BGSi dijalankan dengan menggunakan metode genom sequencing dengan memperhatikan kondisi kesehatan seorang pasien. Sehingga, program BGSi diharapkan dapat menjadi solusi dalam memprediksi kondisi kesehatan di masa mendatang. 

Apa itu BGSi?


Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah meluncurkan program dalam mendukung transformasi teknologi kesehatan dalam mengoptimalkan penyelenggaraan pelayanaan kesehatan yang presisi dengan memanfaatkan informasi genetik, inovasi ini dikenal dengan Biomedical Genome Science Initiative (BGSi). BGSi merupakan program pemanfaatan data genomik manusia yang dilakukan dengan cara meneliti genom maupun patogen, seperti virus dan bakteri yang terdapat dalam tubuh manusia. BGSi di dilakukan dengan memanfaatkan teknologi Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data genom dan patogen. Program BGSi memiliki tujuan utama, yaitu:

  1. Memajukan Riset Genomik Nasional
    Dengan maksud mendukung penelitian genomik terhadap berbagai macam jenis penyakit, termasuk penyakit genetik, kanker, dan penyakit menular. Melalui pemahaman mendalam terhadap faktor genetik, diharapkan dapat ditemukan metode diagnostik yang lebih akurat, serta terapi yang lebih efektif sesuai dengan karakteristik pasien.
  2. Meningkatkan Diagnostik dan Terapi Presisi
    Melalui pemanfaatan WGS yang diterapkan dalam pelayanan kesehatan, diharapkan dapat membantu proses diagnosis dilakukan dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi terhadap kelainan genetik yang dapat dilakukan sedini mungkin. Hal ini dijadikan sebagai upaya pencegahan maupun penanganan secara tepat dan tepat.
  3. Memperkuat Surveilans Penyakit Menular
    Melalui WGS mutasi pada berbagai patogen, seperti COVID-19, influenza, maupun tuberkulosis dapat dipantau secara lebih akurat, sehingga dapat membantu para peneliti dan tenaga kesehatan untuk memahami pola penyebaran penyakit, tingkat keganasan, serta kemungkinan munculnya varian baru yang berpotensi menimbulkan ancaman kesehatan masyarakat.
  4. Membangun Kapasitas SDM dan Infrastruktur Genomik
    Selain sebagai upaya pencegahan dan penanganan penyakit dalam melindungi kesehatan masyarakat, BGSi juga bertujuan untuk meningkatkan keterampilan tenaga medis maupun tenaga kesehatan dalam melakukan diagnostik yang optimal.
  5. Mendorong Kebijakan Berbasis Data Genomik
    Hal ini bertujuan untuk memperkuat regulasi dalam penyelenggaraan program BGSi agar lebih terjaga dengan maksimal, sesuai dengan standar hukum, etika dan privasi bagi penggunanya. 

Untuk mendukung tatalaksana yang optimal dalam program BGSi, pemerintah telah membuat regulasi yang mendukung terselenggaranya BGSI. Melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/505/2024 tentang Penyelenggaraan Biomedical Genome-Based Science Initiative for Precision Medicines dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Berbasis Genomika (“Kepmenkes HK.01.07/MENKES/505/2024”) dalam Kepmenkes tersebut pelaksanaan kegiatan BGSi dikoordinasikan oleh 10 (sepuluh) rumah sakit yang berada di Indonesia berdasarkan bidang spesialisasi rumah sakit tersebut dengan tujuan untuk melakukan penguatan dan pengembangan pelayanan kesehatan berbasis genomika. 

Melalui Program BGSi, penelitian informasi genetik berupa genom dan patogen dapat mendukung fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya dalam menangani penyakit dengan tingkat kematian tinggi. Selain itu, BGSi tidak hanya bermanfaat dalam menjaga kesehatan masyarakat, tetapi juga bermanfaat dalam memperkuat unit penyelenggara pelayanan kesehatan, seperti akademisi kesehatan, tenaga medis, serta perusahaan bidang kesehatan. Pelaksanaan hal tersebut bertujuan agar dapat terus berinovasi melakukan penelitian dalam mengembangkan mutu penyelenggara pelayanan kesehatan yang mampu mempercepat inovasi dalam pengobatan, diagnostik, dan pencegahan penyakit di Indonesia.

Baca juga: Mengawal Inovasi Bioteknologi Lewat Paten dan Prinsip Etika

Contoh Penerapan BGSi dalam Pelayanan Kesehatan

Menurut Pompini Agustina Sitompul, seorang Dokter Spesialis Paru yang dilansir dari laman Kompas menyatakan bahwa, pemanfaatan BGSi bermanfaat dalam menekan kasus TBC, utamanya kasus TBC resisten obat. Melalui Tes Cepat Molekuler (TCM) yang merupakan bagian dari program BGSi, tes ini dapat mendeteksi kuman Mycobacterium tuberculosis (MTB) dalam satu atau dua hari dibandingkan tes biasa yang bisa memakan waktu empat hingga delapan minggu. Sehingga, TCM bisa memberikan hasil dengan cepat dan dapat mempermudah tenaga medis untuk menemukan ada kuman MTB yang resisten terhadap suatu obat tertentu. Tujuan utama penerapan BGSi dalam penanganan TBC adalah untuk meningkatkan ketepatan diagnosis TBC yang resisten terhadap obat, sehingga diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam pengelolaan klinis penyakit tersebut.

Dengan demikian, bahwa Biomedical Genome Science Initiative (BGSi) merupakan inovasi strategis pemerintah dalam transformasi teknologi kesehatan berbasis genomik yang bertujuan meningkatkan kualitas riset, diagnosis, terapi presisi, serta surveilans penyakit menular di Indonesia. Melalui metode Whole Genome Sequencing (WGS), program ini mempercepat penelitian, memperkuat kapasitas SDM, dan mendorong kebijakan berbasis data demi terciptanya pelayanan kesehatan yang presisi dan berkelanjutan.

Baca juga: Pengembangan Bioteknologi dalam Ekonomi Biru

Daftar Hukum:

  • Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/505/2024 tentang Penyelenggaraan Biomedical Genome-Based Science Initiative for Precision Medicines dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Berbasis Genomika (“Kepmenkes HK.01.07/MENKES/505/2024”).

Referensi:

  • Menkes Budi Bakal Bentuk BGSi. Kementerian Kesehatan (Diakses pada tanggal 09 September 2025 pukul 12.05 WIB).
  • Mengenal Biomedical Genome Science Initiative (BGSi). Kementerian Kesehatan (Diakses pada tanggal 09 September 2025 pukul 13.40 WIB).
  • Mengenal Biomedical Genome Science Initiative (BGSi). Kementerian Kesehatan (Diakses pada tanggal 09 September 2025 pukul 15.00 WIB).
  • Mengenal BGSi Layanan Kesehatan Presisi untuk Cegah dan Tangani Penyakit. Kompas  (Diakses pada tanggal 09 September 2025 pukul 13.55 WIB).