Perkembangan teknologi di bidang bioteknologi telah mengalami kemajuan pesat, salah satunya adalah teknologi CRISPR atau Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats. Teknologi ini telah membuka peluang besar dalam dunia medis, terutama dalam pengeditan gen untuk mengobati berbagai penyakit genetik.

Dengan kemampuannya untuk mengedit DNA secara presisi, CRISPR menawarkan solusi inovatif dalam mengatasi gangguan genetik yang sebelumnya sulit atau bahkan mustahil diobati. Namun, di balik potensi besar yang dimilikinya, terdapat berbagai tantangan, termasuk aspek etika dan juga regulasi yang harus diperhatikan, terutama di Indonesia yang memiliki sistem regulasi tersendiri terkait teknologi medis. 

Di Indonesia, aturan terkait dengan terapi berbasis sel diatur dalam Pasal 135 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan (“UU Kesehatan”) bahwa terapi berbasis sel dan/atau sel punca dapat dilakukan apabila terbukti keamanan dan kemanfaatannya. Terapi berbasis sel dan/atau sel punca dilakukan untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. 

Lebih lanjut dalam Pasal 392 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan (“PP Kesehatan”) ditegaskan bahwa pemilik produk dan pemberi layanan terapi berbasis sel, sel punca, dan/atau turunannya harus melakukan pemantauan keamanan penggunaan melalui Farmakovigilans pada setiap Pasien yang menggunakan produk berbasis sel, sel punca, dan/atau turunannya. Pemantauan keamanan penggunaan produk berbasis sel, sel punca, dan/atau turunannya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 

Apa itu CRISPR dan Bagaimana Teknologinya Bekerja?

CRISPR merupakan alat pengeditan genetik yang memungkinkan ilmuwan dapat memodifikasi DNA dengan presisi. CRISPR berasal dari mekanisme alami yang ditemukan pada bakteri dan digunakan untuk melawan virus yang menginfeksinya. Sistem ini bekerja dengan cara mengenali dan memotong materi genetik virus, sehingga bakteri dapat menghentikan infeksi tersebut. 

Sistem ini menggunakan kelompok protein atau enzim yang disebut Cas atau CRISPR-associated proteins yang dapat memotong DNA dan membuang virus-virus yang menginvasi. Terdapat banyak protein Cas, namun yang paling dikenal adalah protein Cas9 dan dengan kemampuan ini, CRISPR dapat digunakan untuk memodifikasi, menghapus, atau mengganti bagian tertentu dari genom dengan presisi yang tinggi. 

CRISPR digunakan bersama dengan enzim Cas9 yang bertindak sebagai “gunting molekuler”. Proses ini melibatkan panduan RNA pemandu (guide RNA/gRNA) yang dirancang khusus untuk mencocokan DNA target. Ketika Cas9 dan gRNA menemukan target di genom, Cas9 memotong DNA tersebut dan setelah pemotongan terjadi, DNA dapat diperbaiki atau dimodifikasi menggunakan mekanisme alami sel. 

Namun, saat ini Cas12 muncul sebagai idola atau bintang baru yang menawarkan fleksibilitas, sensitivitas, dan kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pengeditan genom. Berbeda dari pendahulunya, Cas9, sistem CRISPR-Cas12 tidak memerlukan RNA penolong tambahan karena kemampuannya untuk memproses RNA panduan sendiri dan menjadikannya lebih sederhana untuk diterapkan dalam berbagai kondisi. 

Baca juga: Masa Depan AI dalam Diagnosa Medis

Potensi dan Manfaat CRISPR dalam Pengobatan Penyakit Genetik 

Pengeditan genetik dengan CRISPR membuka gerbang terobosan dalam dunia medis, di antaranya:

  • Perbaikan Mutasi Genetik

CRISPR memungkinkan pengeditan langsung pada gen yang bermutasi, yang merupakan penyebab utama berbagai penyakit genetik. Sebagai contoh, mutasi pada gen HBB yang menyebabkan anemia sel sabit dapat diperbaiki dengan CRISPR, sehingga menghasilkan hemoglobin yang sehat dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

  • Pengobatan Penyakit Langka

Banyak penyakit genetik langka yang disebabkan oleh satu mutasi gen spesifik. Dengan CRISPR, pengobatan penyakit seperti Duchenne muscular dystrophy atau cystic fibrosis menjadi lebih memungkinkan, karena teknologi ini dapat diarahkan secara spesifik untuk mengedit gen yang bermasalah.

  • Terapi Kanker

Dalam bidang onkologi, CRISPR membantu ilmuwan mempelajari gen yang berperan dalam perkembangan kanker. Dengan mengidentifikasi gen tertentu yang menjadi pendorong utama pertumbuhan tumor, terapi yang lebih efektif dan personal dapat dikembangkan. 

  • Pengembangan Terapi Eksperimental

CRISPR membuka jalan bagi terapi berbasis gen, termasuk terapi gen somatik yang dapat mengoreksi gen pada pasien tanpa mempengaruhi keturunannya. Terapi ini menjadi alternatif potensial bagi pasien yang sebelumnya hanya memiliki sedikit pilihan pengobatan. 

  • Efisiensi dan Kemampuan Akses 

CRISPR, dibandingkan dengan teknologi pengeditan gen sebelumnya, lebih cepat, lebih murah, dan lebih presisi. Hal ini memungkinkan peneliti dan praktisi medis untuk menjangkau lebih banyak pasien, baik dalam penelitian maupun terapi klinis.

Teknologi ini membawa harapan besar bagi kedokteran modern, tetapi penerapannya harus tetap diiringi dengan pengawasan etika dan regulasi yang ketat. Dengan terus berinovasi, teknologi ini dapat merevolusi cara manusia memahami dan mengobati penyakit, serta memberikan masa depan yang lebih baik pada dunia medis.

Baca juga: Pentingnya Rekam Medis untuk Peningkatan Kualitas Layanan Kesehatan

Daftar Hukum:

Referensi:

  • Pengeditan Genom Potensi CRISPR untuk Terapi pada Penyakit. Alomedika. (Diakses pada 20 Maret 2025 pukul 13.02 WIB). 
  • Mengenal CRISPR, Metode Baru untuk Mengganti dan Modifikasi Gen. Kompas.com. (Diakses pada 20 Maret 2025 pukul 13.14 WIB). 
  • Pesona CRISPR-CAS12, Revolusi Genom dalam Genggaman. Ayosehat Kementerian Kesehatan. (Diakses pada 20 Maret 2025 pukul 13.22 WIB). 
  • Mardiana, K., Hutagaol, M. T., Purba, E. N., Maha, P. B., Irawati, W., Studi, P., Biologi, P., & Harapan, U. P. (2024). Rekayasa Genetika Metode CRISPR Cas9 dengan Menggunakan Bakteri Escherichia coli dan Salmonella untuk Pengobatan Kanker. BioActive: Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. 1, 20–31. (Diakses pada 20 Maret 2025 pukul 13.27 WIB).