Korporasi menjadi wadah dimana orang-orang didalamnya tergabung, memiliki visi, misi, nilai, tujuan dan sasaran tertentu. Namun terkadang muncul konflik antar karyawan merupakan persoalan yang kerap muncul menjadi warna tersendiri dalam perusahaan terlebih untuk manajemen konflik. Dalam kehidupan yang dinamis konflik terjadi manakala terdapat benturan kepentingan. Munculnya penolakan terhadap perubahan paling sering menjadi penyebab timbulnya konflik.
Konflik dipandang sebagai sesuatu hal negatif dan cenderung dihindari para pimpinan atau manajer. Biasanya mereka akan berusaha meminimalkan konflik dalam unit yang mereka pimpin. Seiring perkembangannya, konflik justru bisa menjadi tantangan dan ketajaman dalam dalam penyelesaian masalah. Sebaiknya hindari konflik yang berlebihan karena akan berdampak terhadap penurunan kinerja karyawan. Oleh karena itu perlu upaya agar konflik senantiasa dikelola pada tingkat optimal.
Dilansir dari website DJKN.Kemenkeu.go.id, konflik dapat dibagi menjadi dua, konflik konstruktif dan konflik relasional. Konflik konstruktif adalah sebuah jenis konflik dimana orang-orang memfokuskan diskusi mereka pada isu tertentu dengan tetap menjaga respek terhadap orang-orang dengan sudut pandang lain. Sementara itu, konflik hubungan (relationship-conflict) merupakan jenis konflik dimana orang-orang lebih memfokuskan perhatian pada karakteristik-karakteristik dari orang lain daripada perhatian terhadap isu sebagai sumber konflik (McShane & von Glinow, 2010:330).
Dari beberapa definisi konflik menurut para ahli seperti yang diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi yang sedang mengalami konflik dalam aktifitasnya menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
- Terdapat perbedaan pendapat atau pertentangan antar individu atau kelompok;
- Terdapat perselisihan dalam mencapai tujuan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi dalam menafsirkan program organisasi;
- Terdapat pertentangan norma dan nilai-nilai individu maupun kelompok;
- Adanya sikap dan perilaku saling meniadakan, menghalangi pihak lain mendapat kemenangan dalam memperebutkan sumber daya organisasi yang terbatas.
Penyebab Terjadinya Konflik
Konflik timbul tidak secara serta merta melainkan melalui beberapa tahapan. Hendricks, W (1992) mencoba menguraikan proses terjadinya konflik, yaitu;
- Peristiwa sehari-hari : ditandai adanya individu yang merasa tidak puas atau jengkel terhadap lingkungan kerja;
- Adanya tantangan : apabila terjadi masalah, individu cenderung saling mempertahankan pendapat dan menyalahkan pihak lain;
- Timbulnya pertentangan : masing-masing individu atau kelompok bertujuan untuk menang dan mengalahkan kelompok lain.
Konflik dalam organisasi terjadi bukan tanpa penyebab. Penyebab terjadinya konflik dalam setiap organisasi amat bervariasi tergantung dari sudut pandang masing-masing. Dikarenakan konflik dalam porsi tertentu dapat berdampak positif pada organisasi, maka mesti dikelola dengan baik dengan mengetahui faktor-faktor penyebabnya antara lain :
- Konflik nilai
- Kurangnya komunikasi
- Kepemimpinan yang kurang efektif, pengambilan keputusan yang kurang adil
- Ketidakcocokan peran
- Produktivitas rendah
- Perubahan keseimbangan
- Konflik yang belum terpecahkan
- Kebutuhan untuk membagi sumber-sumber daya yang terbatas
- Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan
- Saling ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja; dan lain-lain.
Manajemen Konflik
Manajemen konflik adalah cara yang dilakukan oleh pimpinan pada saat menanggapi konflik. Tujuan manajemen konflik adalah untuk mencapai kinerja yang optimal dengan cara tetap memelihara konflik tetap bersifat fungsional dan meminimalkan akibat konflik yang merugikan. Manajemen konflik berguna dalam mencapai tujuan yang diperjuangkan dan menjaga hubungan-hubungan pihak-pihak yang terlibat konflik agar tetap baik
Manajemen konflik menurut Winardi (1994) meliputi kegiatan-kegiatan :
- Menstimulasi konflik;
- Mengurangi atau menekan konflik;
- Penyelesaian konflik.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tindakan stimulasi konflik antara lain : (a) memasukkan anggota yang mempunyai sikap, perilaku dan pandangan berbeda, (b) restrukturisasi organisasi seperti rotasi mutasi kerja, (c) meningkatkan persaingan dengan imbal promosi, insentif atau reward dalam jenis lain, (d) memilih pemimpin baru yang lebih demokratis.
Tindakan mengurangi konflik dilakukan apabila menimbulkan ancaman bagi keberlangsungan organisasi, disertai dengan penurunan produktivitas kerja. Metode yang dapat diambil pimpinan dalam tindakan mengurangi konflik antara lain : (a) memisahkan individu/unit/kelompok yang bertentangan berupa rotasi atau mutasi kerja, (b) menerapkan peraturan kerja yang sekiranya dapat mengurangi konflik, (c) memfungsikan peran integrator, (d) mendorong tercapainya negosiasi, (e) mengadakan pelatihan penyelesaian konflik.
Sebelum terjadi, konflik dapat dicegah dengan penekanan nilai-nilai bahwa :
- Tujuan organisasi lebih penting daripada tujuan kelompok/unit yang lebih kecil;
- Penting untuk meningkatkan dan mengembangkan komunikasi antar anggota pad aunit yang berbeda;
- Menghindari situasi yang dapat mengorbankan pihak lain adalah sesuatu yang mesti dijaga.
Baca Juga: Korporasi dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)