Tahun 2022 perekonomian dunia mengalami ketidakpastian. Di samping masih menghadapi pandemi Covid-19, perang Rusia-Ukraina memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap perekonomian global karena kedua negara merupakan produsen utama beberapa komoditas yang dibutuhkan dunia. Rusia merupakan eksportir utama energi (BBM, batu bara dan gas alam cair) dan gandum. Rusia memiliki cadangan gas alam terbesar di dunia dan termurah. Eropa sangat tergantung kepada pasokan gas Rusia. Sementara itu, Ukraina adalah eksportir utama seed oil, jagung dan gandum.

Perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung sampai sekarang menyebabkan pasokan energi ke Eropa terhambat dan terganggunya supply chain beberapa komoditas yang dibutuhkan industri. Hal ini akan mempengaruhi kinerja industri dan rumah tangga, meningkatnya harga bahan makanan dan komoditas termasuk BBM. Kondisi ini memicu inflasi yang tinggi, sehingga berpotensi menyebabkan resesi ekonomi pada beberapa negara dan menekan pertumbuhan ekonomi global. Karena situasi ini semua negara akan terdampak termasuk indonesia. Akan terjadi inflasi & dan kelangkaan barang industri dan rumah tangga contohnya kedelai dan gandum yang menjadi bahan dasar pembuatan tempe dan barang lainnya yang menjadi makanan sehari-hari warga indonesia. Kondisi ini juga dapat mempengaruhi suku bunga. 

Bagaimana Inflasi Mempengaruhi Daya Beli

Inflasi di Indonesia berperan penting dalam mempengaruhi daya beli masyarakat, dan tinjauan makro ekonomi yang komprehensif sangat penting untuk memahami dinamika hubungan ini. Inflasi, yang didefinisikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan berkelanjutan, merupakan faktor penting dalam membentuk kondisi makro ekonomi suatu negara. Menelaah keterkaitan antara inflasi dan daya beli masyarakat memberikan gambaran mengenai tantangan dan peluang yang dihadapi perekonomian Indonesia. 

Pertama dan terpenting, kenaikan laju inflasi dapat memberikan tekanan yang cukup besar terhadap daya beli masyarakat. Ketika harga barang dan jasa terus meningkat, individu dan rumah tangga mengalami biaya hidup yang lebih tinggi. Hal ini berdampak pada kemampuan mereka untuk secara langsung membeli barang dan jasa dengan tingkat pendapatan yang sama dengan pendapatan mereka saat ini. Kelompok yang paling rentan terhadap inflasi tinggi adalah kelompok dengan pendapatan tetap, seperti pekerja berupah rendah dan pensiunan, yang mungkin mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar hidup mereka. Selain itu, tingkat inflasi yang tinggi menimbulkan ketidakpastian di kalangan konsumen. Ketika harga melonjak secara tiba-tiba, masyarakat cenderung lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Kehati-hatian ini dapat menyebabkan penurunan belanja konsumen, yang merupakan komponen utama pertumbuhan ekonomi. Dalam skenario ini, daya beli masyarakat menjadi korban dari ketidakpastian perekonomian akibat tingkat inflasi yang tidak terkendali. Di sisi lain, dalam beberapa kasus, tingkat inflasi yang moderat dapat memberikan peluang bagi pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang terkendali dapat merangsang investasi dan konsumsi, karena individu dan dunia usaha merasa yakin bahwa kebijakan moneter menjaga stabilitas harga. Dengan demikian, daya beli masyarakat dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan seiring dengan pertumbuhan ekonomi global yang berkelanjutan.

Namun perlu diingat bahwa dampak inflasi terhadap daya beli masyarakat tidak hanya ditentukan oleh tingkat inflasi itu sendiri, namun juga oleh tingkat kenaikan upah yang mungkin menyertai inflasi. Jika upah tidak mampu mengimbangi inflasi, daya beli riil akan menurun. Oleh karena itu, kebijakan upah minimum dan menjaga keseimbangan hubungan antara pertumbuhan upah dan inflasi menjadi faktor penting dalam melindungi daya beli masyarakat. Tinjauan makro ekonomi global juga harus mempertimbangkan dampak sektoral inflasi terhadap daya beli masyarakat. Sektor ekonomi tertentu mungkin lebih rentan terhadap inflasi dibandingkan sektor ekonomi lainnya, sehingga berdampak lebih signifikan pada segmen populasi tertentu. Misalnya, lonjakan harga bahan bakar atau pangan dapat memberikan tekanan khusus pada kelompok ekonomi berpendapatan rendah, karena rumah tangga tersebut biasanya mengalokasikan sebagian besar pendapatan mereka untuk kebutuhan dasar.

Baca juga: Keuangan Berkelanjutan (Sustainable Finance) Membentuk Masa Depan Ekonomi Global

Dampak Suku Bunga Terhadap Pinjaman Dan Tabungan

Suku Bunga adalah salah satu faktor ekonomi yang berperan besar dalam kehidupan sehari-hari, mempengaruhi berbagai aspek keuangan, mulai dari biaya pinjaman, tabungan, hingga investasi. 

Lantas, apa itu suku bunga, bagaimana cara kerjanya, dan apa saja dampak kenaikannya terhadap kondisi keuangan individu serta perekonomian secara keseluruhan?

Dilansir dari laman Canadian Investment Regulatory Organization, suku bunga adalah biaya yang dibebankan oleh pemberi pinjaman kepada peminjam untuk penggunaan uang selama periode waktu tertentu. Suku bunga diukur dalam persentase dari jumlah pinjaman atau tabungan. Ketika seseorang meminjam uang, mereka akan membayar bunga sebagai imbalan atas penggunaan dana tersebut. Di sisi lain, ketika seseorang menabung uang di bank, mereka mendapatkan bunga sebagai imbalan atas uang yang disimpan. Suku bunga bisa bersifat tetap yang berarti tidak berubah selama periode waktu tertentu atau bersifat variabel yang bisa naik atau turun sesuai dengan perubahan di pasar keuangan. 

Salah satu dampak terbesar dari kenaikan suku bunga adalah peningkatan biaya pinjaman. Ketika suku bunga naik, bunga yang harus dibayar atas pinjaman, seperti hipotek, kredit kendaraan, kartu kredit, atau pinjaman pribadi, juga meningkat. Akibatnya, orang yang memiliki pinjaman dengan bunga variabel mungkin harus membayar lebih banyak setiap bulannya. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan individu atau bisnis dalam mengelola keuangan mereka. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki pinjaman hipotek dengan bunga variabel, kenaikan suku bunga akan menyebabkan kenaikan pembayaran bulanan mereka. Jika suku bunga terus meningkat, beban finansial ini bisa menjadi semakin berat, terutama bagi mereka yang sudah memiliki utang dalam jumlah besar. Oleh karena itu, melunasi utang lebih cepat atau mengamankan pinjaman dengan suku bunga tetap bisa menjadi langkah yang bijak untuk menghadapi kenaikan suku bunga. 

Di sisi lain, kenaikan suku bunga juga bisa memberikan keuntungan bagi mereka yang menabung. Rekening tabungan, sertifikat deposito, dan produk tabungan lainnya biasanya menawarkan bunga lebih tinggi ketika suku bunga naik. Hal ini berarti uang yang disimpan akan menghasilkan lebih banyak bunga, sehingga tabungan bisa bertambah lebih cepat.

Suku bunga juga memiliki dampak signifikan terhadap berbagai jenis investasi. Pasar saham, misalnya, cenderung mengalami penurunan ketika suku bunga naik. Hal ini disebabkan karena pinjaman menjadi lebih mahal, sehingga konsumsi dan investasi bisnis bisa berkurang.

Salah satu alasan utama dibalik perubahan suku bunga adalah inflasi. Inflasi adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dalam perekonomian. Ketika inflasi meningkat terlalu tinggi, bank sentral, seperti Bank Indonesia, mungkin menaikkan suku bunga untuk memperlambat laju inflasi. Kenaikan suku bunga membuat biaya meminjam uang lebih tinggi, sehingga orang cenderung mengurangi pengeluaran mereka. Penurunan permintaan barang dan jasa ini dapat membantu mengendalikan inflasi. Namun, kenaikan suku bunga juga bisa memiliki efek samping, seperti memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan investasi. Jika dilakukan secara berlebihan, kenaikan suku bunga bisa memicu resesi, yaitu penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan.

Bank sentral menggunakan suku bunga sebagai alat untuk mengendalikan ekonomi. Saat ekonomi sedang lesu, bank sentral dapat menurunkan suku bunga untuk mendorong peminjaman dan pengeluaran. Di sisi lain, ketika ekonomi terlalu panas dan inflasi mulai meningkat, bank sentral dapat menaikkan suku bunga untuk mengurangi permintaan dan menjaga inflasi tetap terkendali.

Baca juga: Undang-undang Kepailitan Dalam Mendukung Perkembangan Ekonomi Indonesia

Strategi Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi

Kondisi ekonomi global yang silih datang berganti memang dapat mempengaruhi kondisi keuangan kita secara pribadi. Terlebih bagi kita yang sudah merencanakan banyak hal bahkan hingga ke hari spesial. Maka dari itu kita perlu mempersiapkannya untuk bisa bertahan ditengah situasi yang tidak pasti. Berikut tipsnya!

  • Siapkan dana darurat

Pastikan 20 persen dari dana untuk investasi dialokasikan untuk dana darurat yang disimpan pada instrumen yang sangat likuid dan disiplin mempersiapkannya. Semakin besar proporsinya maka akan semakin siap kalian dalam memenuhi kebutuhan di tengah kondisi ekonomi.

  • Kurangi beban pengeluaran keluarga

Mulailah untuk mengurangi dan tidak menambah beban-beban pengeluaran seperti utang. Jika memungkinkan segera lunasi. Jangan anggap enteng karena meskipun hanya dari kartu kredit kamu tidak akan tahu kondisi keuanganmu ketika gejolak ekonomi menerpa.

  • Hidup sederhana

Hiduplah dengan sewajarnya. Tetap lakukan konsumsi seperti biasa karena ini bisa membantu ekonomi tetap tumbuh. Karena konsumsi masyarakat berperan besar pada pertumbuhan ekonomi kita. Namun kamu juga tetap perlu untuk menyisihkan uang untuk tabungan dan investasi meski tetap mendahulukan kebutuhan. Kurangi pembelian-pembelian yang sebetulnya tidak terlalu diperlukan, apalagi sifatnya hanya kesenangan jangka pendek.

  • Ikuti perkembangan ekonomi global

Cermati perkembangan kondisi ekonomi terbaru dan mulailah memanfaatkan peluang di sekitarmu yang dapat bernilai ekonomi. Jangan ragu untuk usaha kecil-kecilan jika dirasa kondisi keuanganmu masih lemah.

Baca juga: Pemerintah Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi dengan Pemberian Tax Holiday

Referensi: